Tsunami: Perang yang Ajaib

Buku Tsunami ini memang bukan buku yang mudah difahami tanpa latar belakang pengetahuan tentang perkembangan dunia Islam dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Abuya menganalogikan peristiwa Tsunami ini dengan peristiwa runtuhnya World Trade Center (WTC). Runtuhnya WTC ini seperti kita semua tahu telah membawa konsekuensi luar biasa bagi beberapa Negara Islam, utamanya Iraq dan Afghanistan. Sebab-sebab runtuhnya WTC sampai saat ini sebenarnya masih mengundang kontroversi. Para ahli mengalami kesulitan untuk menjelaskan bagaimana gedung pencakar langit tersebut dapat runtuh sedemikian rupa hanya disebabkan oleh tabrakan dengan sebuah pesawat terbang. Menurut perhitungan teknis ilmiah, tabrakan semacam itu tak mungkin membuat gedung sekokoh itu roboh total hingga rata dengan tanah. Sebaliknya fenomena runtuhnya gedung sekokoh dan setinggi itu adalah sesuatu yang khas terjadi ketika sebuah gedung tinggi sengaja diruntuhkan menggunakan teknik peledakan, suatu cara yang dewasa ini umum dilakukan untuk meruntuhkan gedung-gedung tinggi tanpa merusak bangunan lain yang ada disekelilingnya. Jadi kuat dugaan bahwa runtuhnya WTC tersebut adalah suatu rekayasa cermat untuk menghancurkan Islam. Runtuhnya WTC yang dituduhkan sebagai aksi terorisme oleh orang-orang Islam, kemudian telah menjadi pembenaran atas penyerangan pasukan Barat ke Iraq dan Afghanistan.


Dalam buku Tsunami ini, Abuya membandingkan skenario musuh Islam yang sengaja meruntuhkan WTC demi menghancurkan Islam dengan skenario Allah SWT yang mendatangkan Tsunami justru demi menaikkan Islam dan sekaligus memporak-porandakan rencana-rencana jahat musuh Islam, demi kebangkitan Islam sesuai janji-Nya.

Bagaimana Tsunami yang ganas itu bisa disebut menguntungkan Islam?
Untuk menjelaskan ini kita perlu mengkaji perubahan-perubahan selepas berlakunya Tsunami Aceh, diantaranya:

1. Perang TNI vs GAM otomatis berhenti seketika. Tak ada lagi orang yang berfikir untuk melanjutkan perang. Artinya Allah SWT telah menyelamatkan Aceh dan Indonesia dari merasakan kepahitan seperti yang pernah dialami Bosnia, Chechnya, Aljazair, Somalia, Afghanistan, Iraq yang hancur akibat perang saudara dan kekacauan bersenjata. Sekali perang sudah berlangsung, kalaupun kemudian terhenti karena ada yang kalah dan menang, maka rasa dendam kesumat tetap ada dan tumbuh subur di dalam dada. Dendam semacam ini amat sulit dipadamkan dan akan senantiasa menjadi kerikil-kerikil tajam dalam perjalanan kehidupan bangsa tersebut. Akan tetapi berkat terjadinya Tsunami, Allah telah berhasil mendamaikan manusia. Sekarang semua pihak yang dulu bertikai dapat hidup bersama dalam kasih sayang bahkan upaya-upaya pemulihan Aceh pasca tsunami, telah menjadi pupuk bagi suatu hubungan mesra diantara pihak-pihak yang dulunya saling berperang.


2. Indonesia dipersatukan kembali melalui upaya-upaya bersama memulihkan Aceh. Sehingga sebagian rakyat Aceh yang sudah sangat benci pada orang Jawa sirna seketika kebenciannya, berubah menjadi sayang sampai sekarang. Peristiwa Tsunami-lah yang telah mempromosikan suburnya cinta dan persaudaraan di Bumi Aceh.


3. Melalui Tsunami, teramat banyak rakyat Aceh yang mendapat kemuliaan mati syahid, yang sudah pasti dijamin masuk syurga tanpa ditanya-tanya lagi. Ini adalah suatu pencapaian yang amat diimpi-impikan umat manusia sepanjang zaman. Kita semua yang selamat dari terjangan Tsunami, belumlah pasti bagaimana nasibnya di akhirat nanti.


4. Luar biasa banyak terjadi keajaiban-keajaiban selama Tsunami berlangsung. Keajaiban yang sungguh tak masuk di akal manusia. Ini membuat manusia sanggup tersungkur lagi di hadapan Allah SWT yang Maha Agung dan Maha Segala-galanya. Keinsyafan bagi kita semua yang menyaksikan peristiwa Tsunami ini adalah suatu hadiah rohaniah yang sungguh tak ternilai harganya.


Jadi melimpah sudah bukti-bukti bahwa Tsunami Aceh adalah suatu perwujudan cinta dan kasih sayang dari Allah SWT untuk rakyat Aceh, bumi berkat yang berjuluk Serambi Mekkah, juga untuk bangsa Indonesia dan untuk umat Islam sedunia.