Abuya dan Aceh: A Love Affair

Ada apa dengan Abuya dan Aceh?

Menilik ke dalam buku "Tsunami Membuktikan Abuya Putra Bani Tamim (Satria Piningit)" (TMAPBT), khususnya pada bagian awal, yaitu PRAKATA, MUQADDIMAH, BAB 1 : TNI Jangan Perangi Aceh dan BAB 2 : DI DPRD ACEH, maka judul diatas adalah kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan hubungan antara Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi dan Aceh, yaitu CINTA.
Diceritakan dalam buku Tsunami (TMAPBT), betapa Abuya sungguh amat peduli akan Aceh, sementara kepedulian adalah tanda-tanda cinta, terlebih lagi kepedulian itu demikian intens. Berikut ini diantara peristiwa-peristiwa yang menggambarkan hal tersebut:

1. Abuya Ashaari telah mengirimkan surat kepada Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yaitu Tengku Abdullah Syafi'i, yang berisi himbauan untuk tidak meneruskan perang yang ketika itu sudah berlangsung sengit.

2. Masyarakat Aceh diberitahu melalui kuliah-kuliah Abuya Ashaari bahwa kalau perang tetap diteruskan juga, maka resiko-resiko yang dihadapi akan terlalu besar.

3. Ketika ditanyakan kepada Abuya Ashaari perihal rencana TNI menyerang Aceh, beliau amat tidak setuju dan marah. Melalui wakilnya, Abuya pun mengirimkan pesan kepada Presiden RI, yang waktu itu dijabat oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, melalui Menkopolkam RI, yang ketika itu dijabat oleh Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono, bahwa resikonya terlalu besar jika terjadi perang. "Janganlah berperang. Nanti Allah marah. Resikonya terlalu besar", kata Abuya Ashaari ketika itu.
Sayangnya, jawaban yang diterima Abuya Ashaari ketika itu ialah: "Pandangan Abuya Ashaari bagus, tapi lebih banyak orang yang setuju untuk perang". Maka terjadilah perang. Abuya Ashaari terpaksa terus bekerja keras menghubungi berbagai pihak untuk memohon agar perang segera dihentikan.

4. Abuya Ashaari mengirimkan wakil-wakilnya ke DPRD Aceh dalam rangka memberi masukan sehubungan dengan akan diberlakukannya syariat Islam di Aceh. Wakil Abuya menyampaikan pesan dari Abuya tentang bagaimana cara membangun Islam, yaitu melalui dakwah dan kasih sayang, dan bukan dengan keganasan, kekerasan dan kekejaman. Ketika itu TNI sudah mulai memerangi Aceh. Perang sudah semakin melebar di wilayah Aceh.

Sungguh menarik menyaksikan bagaimana Abuya Ashaari yang seorang warga Malaysia menjadi begitu sibuk dan begitu peduli dengan urusan Aceh dan Indonesia ini. Sesungguhnya Islam tak mengenal batas geografi dan kebangsaan. Dan sesungguhnya kepedulian adalah bukti dari rasa cinta dan tanggungjawab.