Di awal blog ini sudah diceritakan bagaimana Abuya begitu terlibat secara perasaan dan tanggung jawab atas apa yang terjadi di Aceh dan di Indonesia pada umumnya. Beliau adalah seorang yang diberi kefahaman tentang konsekuensi pahit dari perang saudara serta akibatnya bagi perjuangankebangkitan Islam di Timur. Itu semua adalah hal-hal fisik yang nampak dan kasat mata sehingga dapat disaksikan oleh para saksi hidup yang masih ada saat ini.
Abuya yang telah sedemikian rupa berjuang menggagalkan perang, akan tetapi ternyata perang terus berlangsung dan kemudian Allah SWT pun mendatangkan bala tentara-Nya (Tsunami) yang menggagalkan perang tersebut. Abuya sebagai ulama sadar betul bahwa para korban yang tewas semuanya mati syahid. Maka dapatlah dimengerti mengapa Abuya merasa bahwa peristiwa Tsunami ini merupakan pembelaan Allah SWT terhadap Abuya, terhadap umat Islam dan terhadap agenda kebangkitan Islam di Timur sini. Dan 5 tahun setelah terjadinya peristiwa Tsunami, Abuya menyaksikan semua harapan-harapan beliau atas bumi Aceh akhirnya benar-benar terwujud, seperti yang digambarkan dalam sajak yang sekali lagi saya tayangkan berikut ini:
Sajak:
TSUNAMI
Satu pengorbanan, mangsa tsunami
terutama yang meninggal dunia
Demi sampai beralihnya peta dunia dan wajah manusia
Dari kegelapan dan kezaliman
Kepada cahaya kebenaran
Semuanya dikira cukup berjasa
Masakan Tuhan yang baik
Akan mensia-siakan
Pengorbanan dan kematian mereka
diterima baik oleh Tuhan
Kini mereka bahagia
Bersama Tuhan di sana
Mati lemas Mati dihempas
Di sisi Tuhan adalah syahid
Bunyinya azab, hasilnya indah
Tuhan lakukan itu sebagai pengampunan dosa
Kematian mereka berjasa
Menukar dunia yang berdosa kepada dunia yang sejahtera
Artinya semua tangisan itu tangisan kegembiraan
Lalu apalagi mau dikesalkan dan disedihkan
Melainkan menunggu khabar gembira yang pasti tiba
Marilah bertaqwa kepada Tuhan
Yang punya segala-galanya
(Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi, 2005)
Satu pengorbanan, mangsa tsunami
terutama yang meninggal dunia
Demi sampai beralihnya peta dunia dan wajah manusia
Dari kegelapan dan kezaliman
Kepada cahaya kebenaran
Semuanya dikira cukup berjasa
Masakan Tuhan yang baik
Akan mensia-siakan
Pengorbanan dan kematian mereka
diterima baik oleh Tuhan
Kini mereka bahagia
Bersama Tuhan di sana
Mati lemas Mati dihempas
Di sisi Tuhan adalah syahid
Bunyinya azab, hasilnya indah
Tuhan lakukan itu sebagai pengampunan dosa
Kematian mereka berjasa
Menukar dunia yang berdosa kepada dunia yang sejahtera
Artinya semua tangisan itu tangisan kegembiraan
Lalu apalagi mau dikesalkan dan disedihkan
Melainkan menunggu khabar gembira yang pasti tiba
Marilah bertaqwa kepada Tuhan
Yang punya segala-galanya
(Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi, 2005)
Maka wajarlah rasanya (setidaknya bagi saya pribadi) kalau Abuya membahasakannya dengan ungkapan bahwa Tsunami adalah miliknya dari Allah SWT. Artinya Tsunami adalah bukti pembelaan Allah SWT atas ijtihad dan langkah-langkah yang diambil beliau berkenaan dengan Perang TNI vs GAM dan agenda kebangkitan Islam di Timur.
Orang-orang yang mengenal Abuya tahu persis bahwa Abuya adalah seorang yang teramat tawadhu’. Seorang ulama yang amat faham bahwa kesombongan hanya milik Allah SWT saja dan tidak boleh dimiliki oleh seorang hamba.
Untuk mengenal pribadi Abuya Ashaari, maka ada baiknya kita membaca setidaknya satu dari puluhan buku yang telah ditulisnya. Silakan kunjungi situs ini.
Orang-orang yang mengenal Abuya tahu persis bahwa Abuya adalah seorang yang teramat tawadhu’. Seorang ulama yang amat faham bahwa kesombongan hanya milik Allah SWT saja dan tidak boleh dimiliki oleh seorang hamba.
Untuk mengenal pribadi Abuya Ashaari, maka ada baiknya kita membaca setidaknya satu dari puluhan buku yang telah ditulisnya. Silakan kunjungi situs ini.
Buku-buku yang dapat di-download di situs tersebut tersebut mencerminkan bagaimana Abuya berfikir, perberasaan dan bertindak. Beliau adalah seorang yang satu antara kata dan perbuatan. Mudah-mudahan kita semua Allah rizqikan untuk mengenal lebih jauh ulama yang lemah lembut dan kasih sayang pada semua manusia ini, termasuk kepada orang-orang non-muslim.
Ungkapan Abuya bahwa Tsunami adalah miliknya adalah ungkapan bahwa beliau adalah orang yang terlibat dalam episode turunnya kehendak Allah SWT mengirimkan Tsunami yang amat dahsyat tapi bersifat menyelamatkan itu ke bumi Aceh. Jika kita renungkan baik-baik, pada hakikatnya Tsunami tersebut hanya mendatangkan kebaikan dan kebaikan semata.
Ini sesuai dengan ayat berikut:
As Syu'araa'208-209
“Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah
ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan.
Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim”.
Dan di bumi Aceh telah terjadi kebinasaan (kematian) namun tanpa terjadi suatu kezhaliman.
Wallahu a’lam.
Ungkapan Abuya bahwa Tsunami adalah miliknya adalah ungkapan bahwa beliau adalah orang yang terlibat dalam episode turunnya kehendak Allah SWT mengirimkan Tsunami yang amat dahsyat tapi bersifat menyelamatkan itu ke bumi Aceh. Jika kita renungkan baik-baik, pada hakikatnya Tsunami tersebut hanya mendatangkan kebaikan dan kebaikan semata.
Ini sesuai dengan ayat berikut:
As Syu'araa'208-209
“Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah
ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan.
Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim”.
Dan di bumi Aceh telah terjadi kebinasaan (kematian) namun tanpa terjadi suatu kezhaliman.
Wallahu a’lam.