Buku Tsunami yang Menghebohkan

Sejak peluncuran buku ini di Bandung pada hari Jum'at 23 April 2010, telah terjadi kehebohan berkenaan dengan beberapa pernyataan yang disampaikan Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi dalam buku tersebut.
Saya termasuk yang hadir dalam acara tersebut dan telah membaca buku tersebut, jadi di satu sisi saya dapat memahami mengapa buku ini jadi begitu menghebohkan. Namun di lain sisi, saya juga dapat menerima pesan baik dan penting yang ingin disampaikan Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi dalam buku ini.
Sebelum sedikit mengulas tentang buku ini, ada baiknya saya tayangkan terlebih dahulu sebuah sajak yang ditulis Abuya tidak lama setelah terjadinya Tsunami Aceh di tahun 2005. Sajak ini sebenarnya merupakan gambaran sejernih-jernihnya tentang perasaan Abuya tentang Tsunami Aceh yang ketika itu baru saja terjadi. Sajak ini pula sekaligus menunjukkan bahwa Abuya adalah seorang visioner, yang dalam istilah rohaniah disebut sebagai seseorang yang memiliki firasat yang teramat tajam dibanding manusia pada umumnya, karena semua yang disebut dalam sajak tersebut memang ternyata kemudian hari mewujud dalam kenyataan yang terjadi di Aceh kini. Kita mesti ingat bahwa ketika sajak ini di tulis, bumi Aceh masih dalam keadaan porak poranda dengan segala ketidakpastian akan masa depannya.

Sajak:

TSUNAMI

Satu pengorbanan mangsa tsunami
terutama yang meninggal dunia
Demi sampai beralihnya peta dunia dan wajah manusia
Dari kegelapan dan kezaliman
Kepada cahaya kebenaran
Semuanya dikira cukup berjasa

Masakan Tuhan yang baik
Akan mensia-siakan
Pengorbanan dan kematian mereka
diterima baik oleh Tuhan

Kini mereka bahagia
Bersama Tuhan di sana
Mati lemas Mati dihempap
Di sisi Tuhan adalah syahid

Bunyinya azab hasilnya indah
Tuhan lakukan itu sebagai pengampunan dosa
Kematian mereka berjasa
Menukar dunia yang berdosa kepada duani yang sejahtera
Artinya semua tangisan itu tangisan kegembiraan

Lalu apalagi mau dikesalkan dan disedihkan
Melainkan menunggu khabar gembira yang pasti tiba
Marilah bertaqwa kepada Tuhan
Yang punya segala-galanya

(Karya Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi, 2005)



Beberapa catatan tentang sajak TSUNAMI ini:

1. Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi, seperti yang dikenal orang-orang yang telah lama mengenalnya dari dekat, adalah seorang dengan rasa kehambaan dan rasa ber-Tuhan yang teramat dalam. Begitu dalamnya hingga bagaikan magnet yang menarik banyak sekali manusia yang ingin berguru, berkawan, bermitra, ataupun sekedar ingin tahu tentang pribadi beliau. Abuya adalah orang yang kebulatan Tauhid-nya mewujud dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Ini sebenarnya menggugurkan apa yang selama ini dikesankan secara negatif di banyak media massa.

2. Sajak ini adalah sajak yang amat memuliakan korban-korban yang meninggal dalam peristiwa Tsunami Aceh, serta sajak yang sangat menghibur dan membesarkan hati keluarga yang ditinggalkan. Terlebih lagi, sajak ini mengandung visi positif tentang masa depan Aceh dan masa depan Indonesia di masa yang akan datang. Kini visi tersebut telah mewujud menjadi kenyataan. Peperangan yang kejam dan mengancam kedaulatan negara tempat umat Islam terbesar di dunia ini telah berganti dengan kedamaian dan pembangunan yang sungguh menggembirakan, dibanding dengan suasana perang dan permusuhan yang memenuhi bumi Aceh di masa sebelum terjadinya Tsunami. Rakyat Aceh yang dulu amat membenci orang Jawa, kini telah berubah menjadi bersahabat dan bahu-membahu membangun kembali bumi Aceh. Kebencian telah terhapus dan benih-benih cinta kini telah tumbuh dan bahkan berbunga.
Agar sebaik mungkin dapat mengikuti uraian isi buku ini, berikut ini saya sampaikan Daftar Isi buku tersebut:

KATA PENGANTAR


PRAKATA


MUQADIMAH


BAB 1 : TNI Jangan Perangi Aceh


BAB 2 : Di DPRD Aceh


BAB 3 : Abuya dan Amerika


BAB 4 : Perang Penuh Keajaiban


BAB 5 : Aceh Hancur Islam Bangun


BAB 6 : Aceh Selepas Tsunami


BAB 7 : Kini Tiada Lagi Perang

LAMPIRAN
A. Surat Abuya Untuk Menkopolkam RI
B. Para Saksi Sejarah Keajaiban Tsunami
C. Satrio Piningit Menurut Pandangan Prof.Dr.H.M. Kusno Kromodihardjo
D. Silsilah Abuya Asaari